Cybertv.id.- Jakarta, 8 Mei 2025 – Dalam upaya memperkuat ketahanan infrastruktur nasional terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar audiensi strategis dengan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan di Jakarta (8/5).
Baca juga : Laksanakan Fungsi Pengawasan, Tim Wasrik Post Audit Itdam XII/Tpr Kunjungi Kodim 1204/Sgu
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan pentingnya integrasi data iklim dan sistem peringatan dini ke dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur strategis. Menurutnya, tren anomali suhu serta kenaikan muka laut, khususnya di kawasan timur Indonesia, semakin mengancam ketahanan wilayah pesisir.
“Rata-rata kenaikan muka laut sebesar 4,3 mm per tahun telah memperbesar risiko abrasi dan kerusakan infrastruktur di wilayah pesisir. Oleh karena itu, perencanaan infrastruktur masa depan harus berbasis pada data iklim dan pemodelan risiko geologis seperti gempa megathrust dan tsunami,” ujarnya.
BMKG memaparkan kesiapan teknologi pemantauan dan sistem prediksi cuaca modern, termasuk model Ina-CAWO (Indonesian Coupled Atmosphere-Wave-Ocean), jaringan radar cuaca, dan sensor gempa yang tersebar di lebih dari 500 titik di seluruh Indonesia. Teknologi ini diharapkan memperkuat pendekatan mitigasi risiko dalam pembangunan nasional.
Baca juga : Maksimalkan Cegah Stunting, Babinsa Wonodadi Sinergi Bersama Bidan Desa Di Dusun Bakalan
Sebagai langkah konkret, BMKG juga menjadi instansi pertama yang membangun gedung dengan teknologi isolasi seismik di Jakarta dan Bali, menjadikannya percontohan untuk infrastruktur vital lainnya di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengapresiasi peran strategis BMKG. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi krisis iklim dan memastikan keberlanjutan pembangunan.
“Data iklim dan cuaca dari BMKG menjadi fondasi penting dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur, seperti jalan, jembatan, sistem sumber daya air, dan permukiman,” ujar AHY.
Baca juga : Kembali Raih Prestasi, Bidang Humas Polda Jatim Terima 3 Penghargaan dari Divisi Humas Polri
Ia juga menyoroti bahwa proyek infrastruktur kerap mengalami keterlambatan akibat cuaca ekstrem, yang berdampak besar terhadap biaya dan jadwal pembangunan. Karena itu, keberadaan data akurat dari BMKG sangat dibutuhkan, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Contoh nyata dari tantangan tersebut adalah banjir besar yang melanda Bekasi pada Maret lalu. Luapan air menyebabkan lumpuhnya aktivitas masyarakat dan terganggunya proyek pembangunan, menggarisbawahi pentingnya perencanaan berbasis data.
Sebagai bagian dari dukungan terhadap proyek-proyek besar, BMKG juga menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), termasuk saat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), untuk mengendalikan curah hujan ekstrem demi kelancaran pekerjaan konstruksi.
Baca juga : Polres Nganjuk Dukung Ketahanan Pangan, Manfaatkan Lahan Pekarangan Warga di Sonopatik
Audiensi ini memperkuat komitmen sinergis antara BMKG dan Kemenko Infrastruktur untuk membangun Indonesia yang lebih tangguh dan adaptif, melalui pendekatan berbasis sains, teknologi, dan sistem respons dini terhadap risiko iklim dan geologi.





