BMKG Gelar Rapat Rekonsiliasi Nasional ALOPTAMA, Perkuat Keandalan Sistem Deteksi Dini Bencana

oleh -30 Dilihat
oleh

Jakarta, 23 Mei 2025 — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Rapat Rekonsiliasi Alat Operasional Utama (ALOPTAMA) pada Jumat, 23 Mei 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid dari Ruang Rapat Gedung A BMKG, dengan melibatkan partisipasi satuan unit kerja BMKG dari seluruh Indonesia secara luring dan daring.

Rapat dipimpin langsung oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dan dihadiri oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama, serta pendamping teknis dari berbagai unit internal BMKG. Fokus utama kegiatan ini adalah mengevaluasi kondisi, kinerja, dan kebutuhan alat operasional utama yang menjadi fondasi layanan meteorologi, klimatologi, dan geofisika nasional.

Dalam sambutannya, Dwikorita menegaskan bahwa rekonsiliasi ini merupakan langkah strategis untuk memastikan seluruh sistem peralatan berfungsi secara optimal, terutama dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks seperti perubahan iklim dan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.

> “Keandalan alat-alat operasional utama kita adalah fondasi dalam menyediakan layanan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi masyarakat. Oleh karena itu, kami terus mendorong percepatan pemeliharaan dan peningkatan kualitas alat, khususnya di daerah,” ujar Dwikorita.

Ia juga menyoroti kendala teknis yang kerap terjadi di lapangan, termasuk keterlambatan penanganan yang dapat menghambat operasionalisasi sistem deteksi dini bencana. Menurutnya, koordinasi yang solid antara pusat dan daerah menjadi kunci untuk mengatasi persoalan tersebut.

> “Tidak boleh ada keterlambatan dalam pemeliharaan peralatan yang bisa mengganggu layanan informasi. Kita harus memastikan semua pihak di lapangan dapat bergerak cepat dan tepat,” tegasnya.

Rapat ini membahas secara menyeluruh kondisi dan kebutuhan peralatan operasional utama pada masing-masing kedeputian.

Pada Kedeputian Meteorologi, perhatian diarahkan pada kesiapan radar cuaca, AWS (Automatic Weather Station), dan sistem pengamatan cuaca bandara otomatis. Salah satu isu teknis utama adalah rencana pemasangan radar cuaca baru di Stasiun Meteorologi Palu, menggantikan radar lama yang rusak akibat gempa bumi.

> “Radar yang rusak memang perlu diganti, tetapi kita tidak bisa sekadar memasang alat baru. Struktur towernya juga harus dipastikan aman. Jika lokasinya dekat dengan tower lama yang sempat miring karena gempa, perlu dilakukan investigasi tanah terlebih dahulu,” jelas Dwikorita.

Sementara itu, Kedeputian Klimatologi memfokuskan pembahasan pada penguatan sistem observasi iklim, termasuk perangkat pengukur curah hujan otomatis, alat observasi kualitas udara, serta sistem peralatan klimatologi terintegrasi lainnya. Upaya ini penting untuk mendukung keakuratan data iklim dalam perencanaan ketahanan pangan dan kebijakan adaptasi perubahan iklim.

Kedeputian Geofisika melaporkan kondisi terkini peralatan pemantauan gempa bumi dan tsunami, seperti sensor seismik, Warning Receiver System (WRS), dan sirine peringatan dini tsunami. Dwikorita menekankan pentingnya interoperabilitas antarperangkat serta pemeliharaan rutin untuk memastikan sistem peringatan dini berjalan optimal tanpa gangguan.

BMKG berharap rapat ini dapat menyamakan persepsi dan memperkuat sinergi antarunit kerja dalam pengelolaan ALOPTAMA. Dengan soliditas dan kesiapan infrastruktur observasi yang terjaga, BMKG berkomitmen untuk terus memberikan layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang cepat, tepat, dan akurat sebagai bagian dari kontribusi aktif dalam melindungi masyarakat dan mendukung pembangunan nasional berkelanjutan.

No More Posts Available.

No more pages to load.